All PRIce is A NegOtiable

• Kol. I:15-20
• Luk. 5:33-39

Renungan

Budaya kasih dan damai pernah disosialisasikan di beberapa keuskupan di Indonesia. Banyak orang memahami bahwa suasana kasih dan damai menjadi kerinduan banyak orang. Bisa dibayangkan kalau hidup damai hanya berarti tak ada peperangan, lalu hubungan antar warga dalam masyarakat acuh tak acuh, tak saling membantu, maka masyarakat belum bisa menikmati hidup.

Sebaliknya kalau orang mau saling memperhatikan, saling menolong, tetapi ada suasana menekan dan ancaman dari pihak lain, tak merasakan suasana damai dan tenteram, maka hidup seperti itu pasti hidup seperti itu pasti tak bisa membuat kerasan.

Orang menginginkan adanya kasih dan damai, namun kalau semua mengharapkan bahwa orang lainlah yang harus mengusahakan, maka cita-cita itu bisa menjadi jauh dari kenyataan. Sabda dan hidup Yesus bisa menjadi inspirasi sekaligus teladan. "Ia mengadakan pendamaian dengan darah salib Kristus" (Kol.1:20).

Yesus memberi contoh dan teladan yang sangat jelas. Hidupnya sendiri dikorbankan sebagai ungkapan kasih Allah yang total untuk kepentingan umat manusia. Pendamaian dengan Allah berarti keselamatan bagi orang yang beriman kepadaNya. Karena itu, pendamaian yang telah diperoleh harus ditindaklanjuti dengan balasan kasih yang menyentuh seluruh kehidupan, termasuk mengasihi sesama.

Kalau semangat berkorban seperti yang diteladankan Kristus menjadi acuan hidup bersama, tak mustahil budaya kasih dan damai akan semakin bertumbuh subur dalam hidup kita bersama.